Cestodosis merupakan
penyakit cacing pita yang menyerang ayam pada semua umur. Penyebarannya melalui
kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang digunakan. Gejala yang terlihat
antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi
yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti kematian akibat
komplikasi. Cacing Cestoda yang sering hidup pada ayam yaitu Raillietina spp.
Infeksi Cestoda memiliki
tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh Nematoda dan trematoda.
Pada usus ayam buras rata-rata ditemukan 132,27 ekor cacing yang antara lain
terdiri dari cacing Cestoda Raillietina spp.
Morfologi Raiilietina spp
Terdapat 3 spesies cacing
Raillietina spp, yaitu Raillietna tetragona, Raillietina echinobothrida dan
Raillietina cesticillus. Di bawah ini secara rinci morfologi masing-masing
spesies cacing Raiilietina spp diterangkan.
1.
Raiilietina tetragona
Raiilietina tetragona
merupakan cacing pita ayam yang terpanjang, mencapai 25 cm dan lebar
proglottidnya 1-4 mm. Lebar skoleksnya 175-350 mikron dan memiliki rostellum
yang diameternya 200-300 mikron. Pada rostellumnya terdapat 2 atau 3 barisan
yang terdiri dari 90-120 duri yang panjangnya 6-8 mikron. Alat penghisapnya
juga dilengkapi dengan 8-12 baris duri yang panjangnya 3-8 mikron. Lubang
kelaminnya biasanya unilateral, kadang-kadang saja berselang seling tak
teratur, letaknya di depan tengah-tengah sisi proglottid yang matang. Terdapat
18-32 testes pada setiap ruas. Uterus berisi kapsul yang masing-maisng
mengandung 6-12 telur yang berukuran 25-50 mikron (Soulsby, 1982). Kantong
sirrusnya kecil, dengan panjang 75-100 mikron (Reid, 1984). Gambar 1
menunjukkan skoleks dan segmen serta lubang genital Raillietina tetragona.
2.
Raillietina echinobothrida
Raillietina echinobothrida,
panjangnya mencapai 250 mm dengan lebar 1-4 mm. Skoleksnya bergaris tengan
250-450 mikron, sedang rostelum bergaris tengah 100-250 mikron yang dilengkapi
dengan dua baris kait-kait sebanyak 200-250 yang panjangnya 10-13 mikron. Alat
penghisapnya juga dilengkapi dengan 8 - 15 baris duri-duri dengan ukuran 5-15
mikron. Lubang kelaminnya hampir selalu unilateral, terletak di tengah-tengah
atau sedikit di belakang tengah-tengah sisi proglottid. Uterus berakhir dengan
kapsul yang mengandung 6-12 telur.
Kantong sirrus berjarak
sepertiga dari saluran ekskretori dan relatif besar, panjang 130-190 mikron.
Testes berjumlah antara 20-45 buah dalam tiap segmen.
Ciri khas cacing ini
yaitu segmen posterior akan melepaskan diri pada suatu bentukan yang mirip
jendela terletak di pertengahan segmen. Akan tetapi bentukan tersebut tidak
selalu ditemukan pada setiap individu.
3.
Raiilietna cesticillus.
Panjangnya Raiilietna
cesticillus berkisar antara 100-130 mm dan lebarnya 1,5-3 mm, lebar skolek
300-600 mikron. Rostellumnya cukup besar dengan diameter 100 mikron, dilengkapi
dengan dua baris terdiri dari 400-500 duri yang berukuran 8-10 mikron. Alat
penghisapnya tidak berduri kait. Dalam tiap proglottid yang matang terdapat
20-230 testes. Lokasi lubang kelaminnya berselang seling tidak teratur. Kapsul
telur, masing-masing mengandung satu telur, mengisi seluruh proglottid yang
matang.
Siklus Hidup Raiilietina spp
Penyebaran cacing Cestoda
pada ayam sangat dipengaruhi oleh adanya inang antara. Telur cacing Cestoda
yang termakan oleh inang antara akan menetas di dalam saluran
pencernaannya.Telur yang menetas berkembang menjadi onkosfir yaitu telur yang
telah berkembang menjadi embrio banyak sel yang dilengkapi dengan 6 buah kait.
Onkosfir selanjutnya
berkembang menjadi sistiserkoid dalam waktu 3 minggu setelah telur termakan
oleh inang antara. Sistiserkoid tetep tinggal di dalam tubuh inang antara
sampai dengan inang antara tersebut dimakan oleh inang definitif yaitu ayam.
Setelah ayam memakan
inang antara yang mengandung sistiserkoid, maka sistiserkoid terbebaskan oleh
adanya aktivitas enzim pencernaan. Segera setelah sistiserkoid bebas,
skoleksnya mengalami evaginasi dan melekatkan diri pada dinding usus. Segmen
muda terbentuk di daerah leher dan akan berkembang menjadi segmen yang matang
dalam waktu 3 minggu. Pada saat segmen atau strobila berproliferasi di dinding
leher, dinding sistiserkoid akan mengalami degenerasi dan menghilang.
Selanjutnya sistiserkoid berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus ayam
dalam waktu 20 hari
Berdasarkan beberapa
penelitian diperoleh hasil bahwa masing-masing spesies cacing dari genus
Raillietina spp mempunyai inang antara yang berbeda-beda. Raillietina tetragona
menggunakan semut dari genus tetramorium dan Pheidole serta lalat Musca domestica
sebagai inang antara. Raiilietina echinobothrida menggunakan inang antara semut
jenis yang sama dengan Raiilietina tetragona. Sedangkan Raillietina cesticillus
mempunyai inang antara berupa kumbang dan lalat Musca domestica.
Cacing yang hidup dalam
saluran pencernaan akan mengambil makanan dengan cara menyerap sari makanan
dari induk semangnya pada mukosa usus. Apabila tingkat infeksi cukup berat,
induk semang akan mengalami hypoglicemia dan hypoproteinemia yang nyata.
Gejala Klinis
Gejala klinis akibat
cacing Cestoda pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan
gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi, gejala
umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan,
hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Penurunan produksi telur
dan kesehatan secara umum juga merupakan gejala umum akibat infeksi cacing
Cestoda.
Cacing Cestoda dalam
jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh inangn sehingga tidak
jarang menyebabkan hypoglicemia dan hypoproteinemia.
R. cesticillus
menyebabkan degenerasi dan inflamasi villi selapit lendir usus di tempat
menempel ujung kait rostellum dan dalam keadaan infeksi berat dapat menyebabkan
kekerdilan. Cacing Cestoda ini paling umum didapati pada ayam dengan kerusakan
berupa enteritis haemorrhagia. Cacing ini menyebabkan degenerasi dan peradangan
pada vili-villi selaput lendir usus.
Raillietina
echinobothrida menyebabkan diare berlendir tahap dini. Raillietina
echinobothrida dan Raillietina tetragona menyebabkan pembentukan nodul-nodul
pada dinding saluran pencernaan. Diantara kedua jenis cacing Cestoda tersebut,
yang paling banyak meninmbulkan kerusakan adalah Raillietina echinobothrida.
Raiillietina tetragona dapat menyebabkan penurunan bobot badan dan produksi
telur pada ras-ras ayam tertentu.
Diagnosis
Diagnosis penyakit didasarkan atas
gejala klinik yang tampak dan sejarah timbulnya penyakit. Selain itu dapat pula
dengan melakukan pemeriksaan tinja secara mikroskopis dimana akan ditemukan
proglottid masak yang lepas atau telur cacing yang keluar bersama tinja.
Kelemahan pemeriksaan ini adalah tidak selalu berhasil karena progolttid masak
tidak dikeluarkan bersama tinja terus-menerus. Pada pemeriksaan pasca mati akan
didapat diagnosis yang memuaskan karena ditemukan spesies cacingnya. Teknik
diagnosis yang lain adalah dengan melihat bungkul-bungkul pada mukosa usus
dimana cacing mengkaitkan diri pada infeksi R. echinobothrida, Enteritis
Catharallis chronica, hyperplasia dinding usus pada tempat cacing melekatkan
diri dan perdarahan serta pengelupasan selaput lendir usus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar