Jumat, 26 April 2013

CALCULI VESICA URINARIA PADA ANJING

Calculi
Calculi adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam saluran perkencingan yang terbentuk melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air kemih. Calculi (batu) yang terbentuk di sepanjang saluran kemih bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis. Calculi terbentuk secara endogen yaitu dari unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat mengalami pembatuan (Price & Wilson, 1995).Batu pada vesica urinaria dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur dan dapat lebih besar lagi. Kebanyakan dari batu yang terbentuk keluar bersama dengan urin tanpa menimbulkan keluhan. Jika batu berukuran besar (lebih dari 2-3 mm), barulah dapat menimbulkan keluhan karena tersumbatnya saluran kemih. Anjing yang menderita calculi vesica urinaria memiliki darah dalam urin (hematuria), sering buang air kecil (poliuria) tetapi urin yang keluar hanya sedikit. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut di dalam urine. Pada anjing, batu yang ditemukan terdiri dari berbagai komposisi mineral seperti struvite, kalsium oksalat, kalsium fosfat, urate, cystine, silica, dan xanthine (Vogt 2002). Batu ini membentuk nidus disekelilingnya, yang dapat terdiri dari leukosit, bakteri, dan matrix organik bercampur dengan kristal, atau hanya kristalnya saja. Nidus menyusun sekitar 10-20% dari total massa urolit. Hal ini memungkinkan nidus dibentuk dari berbagai tipe kristal daripada bagian lainnya, yang biasa dikenal sebagai epitaxial growth. Struvite dan kalsium oksalat adalah yang paling banyak ditemukan pada kasus klinik (mcCue et all, 2009).


Etiologi
Calculi VU pada anjing dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu : adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam urine, dimana apabila urine jenuh akan terjadi pengendapan, adanya infeksi, dimana daerah infeksi ini menjadi tempat menempelnya partikel-partikel batu, perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air kencing akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan. Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada buli-buli lebih cepat tumbuhnya dibanding dengan batu pada ginjal. Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih. Tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.

Beberapa teori pembentukan batu adalah :
Teori Nukleasi Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.
Teori Matriks Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
Penghambatan kristalisasi Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih (Purnomo, 2000).

Tanda klinis
Tanda klinis yang paling umum dari calculi kandung kemih adalah hematuria (darah dalam urin) dan disuria (berusaha untuk buang air kecil). Hematuria terjadi karena batu mekanis mengiritasi dinding kandung kemih, menyebabkan perdarahan dari permukaannya. Disuria terjadi ketika batu menghalangi lewatnya urin keluar dari kandung kemih. batu besar dapat menyebabkan obstruksi parsial pada titik di mana urin meninggalkan kandung kemih dan memasuki uretra, batu-batu kecil dapat mengalir dengan urin ke uretra dan menyebabkan obstruksi sana. Ketika obstruksi terjadi, kandung kemih tidak dapat dikosongkan dan ini sangat menyakitkan.

Diagnosis
Diagnosis calculi pada VU dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik dan tanda klinis, selain itu dapat melakukan pemeriksaan penunjang dengan melakukan foto rontgen (Ashadi. 1998). Selain itu juga Ultrasonografi, CT-scan, Pemeriksaan mikroskopik dari urin, yang dapat menunjukkan adanya protein, sel darah merah, dan kristal-kristal lainnya. Kultur dari urin untuk menyingkirkan adanya infeksi, pemeriksaan darah lengkap, pengumpulan urin 24 jam untuk melihat total dari urin yang keluar sehari, serta melihat kandungan magnesium, sodium, asam urat, kalsium, sitrat, oksalat, dan fosfat dalam urin secara kuantitatif.
  
Prognosis
Prognosis dari kasus calculi VU pada anjing adalah dobius, hal ini disebabkan oleh jika penanganan yang dilakukan hanya sebatas pembedahan untuk mengeluarkan batu yang ada di dalam VU tanpa melakukan diet khusus terhadap pasien untuk mencegah terbentuknya kembali batu didalam VU. Diet khusus ini dapat dilakukan dengan cara memberikan makanan khusus terhadapa anjing, yang dapat mengurangi resiko terbentuknya batu didalam VU.


Penanganan
Ada dua pilihan untuk penanganan kasus calculi pada VU. Pertama dengan melakukan operasi pengangkatan batu. Hal ini membutuhkan operasi besar di mana perut dan kandung kemih dibuka, operasi yang dilakukan adalah cystotomi. Kedua adalah melarutkan batu dengan diet khusus. Hal ini untuk menghindari operasi dan dapat menjadi pilihan sangat baik untuk beberapa anjing. Namun, tidak berhasil untuk semua jenis batu, selain itu dibutuhkan waktu yang lama untuk melarutkan batu

Referesi :

Ashadi T. 1998. Manfaat Diagnosa Radiografi pada Batu Saluran Kemih. Jakarta : Medika

Barteges, JW; Kirk, CA. 2009. Interpreting and managing crystalluria. In Bonagura, JD; Twedt, DC (eds) Kirk's Current Veterinary Therapy XIV. W.B. Saunders Co. Philadelphia, 850-854.

Cathy E L., 2011. Bladder Stones in Dogs. Pet Medical Center South State Street.

Daniel A.D., 2002. Bladder Stones Surgery Service. www.michved.com [10-03-2013]

Tidak ada komentar: