Kamis, 25 April 2013

Fistula Perianal pada Hewan Kecil


Fistula perianal atau anal furunkulosis adalah kondisi yang ditandai adanya sinus ulserasi tunggal atau multipel yang terjadi hingga 360 derajat daerah sekitar perianal.

Patofisiologi
Patofisiologi fistula perianal tidak diketahui dengan jelas. Anjing gembala jerman atau Herder mempunyai risiko menderita fistula perianal karena pangkal ekornya lebar dan ekor menggantung. Risiko yang lain adalah adanya kelenjar apokrine di daerah kutaneus anal kanal yang sangat aktif. Bentuk ekor yang demikian mengurangi ventilasi perianal dan menjadi predisposisi akumulasi kelembaban, bakteria fekal, dan sekresi anal sac yang selanjutnya mempermudah inflamasi daerah kelenjar apokrine. Faktor imunologis dan disfungsi tiroid juga diduga menjadi penyebab fistula perianal. Menurunnya jumlah limfosit, serum imunoglobulin sering ditemukan pada penderita fistula perianal. Hipotiroidism diduga nejadi penyebab atau faktor risiko terjadinya fistula perianal. Sebanyak 1 dari 33 anjing yang mengalami fistula perianal mengalami hipotiroidism. Higienitas yang buruk juga menjadi predisposisi penyakit ini.

Gejala klinis
Hewan umumnya mengalami tenesmus, dyschezia, hematochezia, inkontinensia fekal. Hewan juga sering menjilati daerah anal. Gejala yang lain adalah adanya perdarahan daerah anal, konstipasi dan discharge anorektal yang berbau. Anoreksi dan berat badan turun juga dilaporkan pada penderita ulserasi yang parah disertai infeksi. Secara umum juga terjadi perubahan perilaku. Bangsa anjing besar sering menderita dan insidensi yang paling banyak adalah anjing gembala jerman atau Herder dan Irish setter.

Diagnosis
Sejarah atau anamnesis dan gejala klinis cukup jelas untuk menentukan diagnosis fistula perianal. Pemeriksaan daerah anorektum membutuhkan sedasi atau anestesi karena rasa sakit yang sangat. Pemeriksaan fisik ditemukan adanya fistula atau ulserasi tunggal atau multipel, saluran fistula, eksudat purulen disertai darah. Palpasi anorektal ditemukan fistula rectocutaneus multipel dan anal stenosis. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis pada pemnderita yang mengalami inflamasi.

Diferensial diagnosis 
Bedakan ruptura abses anal sal dan perianal adenocarcinoma. Pada ruptura abses anal sac, tampak saluran anal sac yang pecah tampak unilateral yang terletak di ventrolateral anus. Selulitis dan fistulasi berkaitan dengan ruptura abses anal sac, tidak begitu ekstensif (luas) dibanding fistula perianal. Perinal adenocarcinoma bersifat proliferatif, namun ulserasi secara umum mirip dengan fistula perianal.

Terapi
Pada kasus fistula perianal ringan (satu atau dua fistula kecil atau area yang tidak luas), tindakan operatif akan memberikan hasil yang baik dan permanen. Pada kasus yang lebih berat lebih berisiko terjadi komplikasi. Kegagalan koreksi operatif biasanya karena inkontinensia fekal, striktura anal dan kambuhnya fistula. Pengobatan yang diberikan adalah kombinasi antibiotika sistemik dan topikal. Lokal antiseptik dan antiinflamasi.


Nusdianto Triakoso


Tidak ada komentar: